Psikolog adalah seseorang yang bertanggung jawab untuk mengidentifikasi gejala yang berasal dari faktor sosial, budaya, dan lingkungan. Ia melakukan pemeriksaan berdasarkan pola pikir yang mempengaruhi kerja otak dan kesehatan emosional.
Psikiater bisa dikenal juga sebagai dokter spesialis kedokteran jiwa, yaitu bertanggung jawab dengan gangguan mental dengan memberikan diagnosis dan pengobatan.
Perbedaan lainnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Latar belakang pendidikan
Psikolog menempuh pendidikan strata-1 (S1) ilmu psikologi, yang selanjutnya mengambil program magister psikologi profesi agar bisa melakukan praktik dan konseling. Di Indonesia, magister psikologi profesi dapat dibagi menjadi berbagai peminatan sebagai berikut:
- Psikologi industri dan organisasi.
- Psikologi perkembangan.
- Psikologi pendidikan.
- Psikologi sosial.
- Terapan psikologi anak usia dini.
- Terapan psikologi kesehatan.
- Terapan psikologi sumber daya manusia (SDM).
- Terapan psikologi olahraga.
Sehingga, saat ingin berkonsultasi ke psikolog, Anda dapat memilih psikolog sesuai dengan keahlian yang mampu menangani masalah dan keluhan Anda.
Sedangkan psikiater adalah seorang dokter spesialis jiwa dengan gelar Sp.KJ, dengan masa tempuh residensi selama 4 tahun.
2. Diagnosis
Saat melakukan diagnosis, psikolog mempersilahkan kliennya untuk bercerita mengenai masalah yang dihadapi. Kemudian, psikolog mempersilahkan klien untuk melakukan cognitive behavioural test guna melihat perilaku dan emosional.
Tes tersebut bergantung pada masalah yang dimiliki klien. Model tes seperti kuesioner, tes IQ, hingga neuropsikologi guna melihat perkembangan kognitif dan memori. Jika gangguan mental semakin parah, psikolog akan merekomendasikan Anda untuk kontrol lebih lanjut dengan psikiater.
Psikiater umumnya melakukan diagnosis gangguan kejiwaan yang lebih kompleks. Apabila gangguan tersebut mengganggu aktivitas dan menimbulkan gejala pada fungsi tubuh, dokter dapat memberi rekomendasi obat-obatan atau terapi untuk proses penyembuhan.
3. Jenis gangguan mental yang terdiagnosis
Psikolog tidak bisa melakukan diagnosis gangguan mental yang dimiliki kliennya. Lebih lanjut, klien melakukan konseling terhadap gejala yang dihadapi dari suatu kejadian, seperti masalah pekerjaan, hubungan keluarga, percintaan, kecanduan terhadap sesuatu. Untuk terapi yang direkomendasikan juga sebatas kegiatan dan aktivitas, seperti meditasi, journaling, olahraga, dan melatih sugesti serta pola pikir.
Psikiater atau dokter kejiwaan mengidentifikasi gangguan mental berdasarkan akibat dari sebuah kondisi. Penyakit mental juga lebih kompleks, seperti bipolar disorder, anxiety disorder (Gangguan kecemasan), anorexia nervosa, depresi berat, skizofrenia.
Kesimpulan perbedaan psikolog dan psikiater
Sahabat MIKA, jika Anda mengalami gangguan mental yang menghantui aktivitas sehari-hari yang disebabkan oleh faktor sosial dan lingkungan, konsultasikan terlebih dulu dengan psikolog. Psikolog tidak memberikan diagnosis gangguan kejiwaan, tetapi dapat membantu memberi kesimpulan terhadap masalah yang mengganggu hingga pikiran, perilaku, dan emosional melalui berbagai pendekatan.
Namun, jika gangguan mental semakin parah hingga menimbulkan gejala fisik, dan tidak cukup hanya berkonsultasi dengan psikolog, kunjungi dokter spesialis jiwa atau psikiater. Ia dapat melakukan diagnosis dan memberikan obat untuk meredakan gangguan mental yang bisa menyerang fisik. Tidak jarang bagi ODGJ (Orang dalam gangguan jiwa) yang rutin berkonsultasi dengan psikiater masih tetap dalam pengawasan psikolog.