Penelitian University of Queensland mengungkapkan bahwa warga Australia yang menjalani operasi penggantian lutut berisiko lebih tinggi untuk memerlukan operasi lebih lanjut jika mereka mengalami obesitas.
Para peneliti dari The University of Queensland Rural Clinical School (UQRCS) meneliti hubungan antara obesitas dan kegagalan penggantian lutut yang memerlukan operasi revisi dalam enam tahun data dari Pendaftaran Penggantian Sendi Nasional Asosiasi Ortopedi Australia.
Peneliti utama dan ahli bedah ortopedi, Dr Chris Wall dari UQRCS, mengatakan alasan paling umum untuk operasi revisi adalah infeksi, pelonggaran implan, ketidakstabilan, dan rasa sakit.Tiga puluh satu persen orang dewasa Australia mengalami obesitas yang merupakan faktor risiko yang diakui untuk perkembangan osteoartritis lutut dan kebutuhan selanjutnya untuk operasi penggantian lutut.
Kepala Rekan Riset UQRCS Profesor Srinivas Kondalsamy-Chennakesavan mengatakan studi sebelumnya oleh tim peneliti menunjukkan bahwa 58 persen pasien yang menjalani penggantian lutut di Australia mengalami obesitas.
“Pekerjaan kami sebelumnya menunjukkan bahwa risiko menjalani penggantian lutut untuk osteoartritis jelas terkait dengan indeks massa tubuh seseorang,” kata Dr Kondalsamy-Chennakesavan.
“Studi ini menemukan bahwa pasien obesitas yang menjalani penggantian lutut memiliki risiko operasi revisi lebih tinggi daripada pasien non-obesitas.”
Dr Wall mengatakan hasilnya memprihatinkan karena mereka meramalkan permintaan yang meningkat untuk operasi penggantian lutut revisi.
“Ini menimbulkan biaya psikososial yang signifikan bagi pasien dan biaya ekonomi yang besar bagi sistem perawatan kesehatan,” kata Dr Wall.
“Pendekatan tingkat populasi untuk mengatasi peningkatan prevalensi obesitas sangat dibutuhkan untuk mengurangi beban osteoartritis lutut terkait obesitas, penggantian lutut primer dan penggantian lutut revisi.”
Studi ini dilakukan bekerjasama dengan Profesor Christopher Vertullo, Ms Michelle Lorimer dan Profesor Richard de Steiger.